Selasa, 07 Mei 2013

Pasukan Hantu dari Kalimantan


Pada dahulu kala, serdadu Belanda
bersenjatakan senapan dengan
teknologi mutakhir pada masanya, sementara prajurit
Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. Akan
tetapi, serdadu Belanda ternyata
jauh lebih takut terkena anak
sumpit ketimbang prajurit Dayak
diterjang peluru.

Penyebab yang membuat pihak
penjajah gentar itu adalah anak
sumpit yang beracun. Sebelum
berangkat ke medan laga,
prajurit Dayak mengolesi mata
anak sumpit dengan getah
pohon ipuh atau pohon iren.

Dalam kesenyapan, mereka
beraksi melepaskan anak sumpit
yang disebut damek.
"Makanya, tak heran penjajah
Belanda bilang, menghadapi
prajurit Dayak itu
seperti melawan hantu," tutur
Pembina Komunitas Tarantang
Petak Belanga,
Chendana Putra, di Palangkaraya,
Kalimantan Tengah, Kamis
(2/6/2011).

Tanpa tahu keberadaan
lawannya, tiba-tiba saja satu per
satu serdadu Belanda terkapar,
membuat sisa rekannya yang
masih hidup lari terbirit-birit.

Kalaupun sempat membalas
dengan tembakan, dampak
timah panas ternyata jauh tak
seimbang dengan dahsyatnya
anak sumpit beracun.
Tak sampai lima menit setelah
tertancap anak
sumpit pada bagian tubuh mana
pun, para serdadu Belanda yang
awalnya kejang- kajang akan
tewas. Bahkan, bisa jadi dalam
hitungan detik mereka sudah tak
bernyawa. Sementara, jika
prajurit Dayak tertembak dan
bukan pada bagian yang
penting, peluru tinggal
dikeluarkan. Setelah dirawat
beberapa minggu, mereka pun
siap berperang
kembali.

Penguasaan medan yang dimiliki
prajurit Dayak sebagai warga
setempat tentu amat
mendukung pergerakan mereka
di hutan
rimba
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews